Selasa, 24 Oktober 2017

World War Z

World War Z diangkat dari sebuah novel berjudul sama gubahan Max Brooks. Sedangkan film adaptasinya ditulis keroyokan (melalu beberapa re-writes) oleh  Matthew Michael Carnahan, Drew Goddard (The Cabin in the Woods, 2012) dan Damon Lindelof serta disutradarai oleh Marc Forster, yang sebelumnya menghadirkan Finding Neverland (2004), The Kite Runner (2007) dan Quantum of Solace (2008). Bukunya sendiri menceritakan secara kronologis tentang sejarah fiktif Zombie Waryang terjadi di berbagai belahan dunia, lengkap dengan kepemerintahan, taktik hingga ekonomi negara-negara tersebut dalam menghadapi serangan zombie. Dalam film adaptasinya, dikisahkan Gerry Lane (Brad Pitt) dan istrinya, Karen (Mireille Enos) beserta anak-anaknya terjebak dalam sebuah outbreak virus yang menyebabkan orang yang terjangkit akan berubah menjadi mayat hidup atau zombie. Zombie-zombie itu akan mulai menyerang, menggigit dan mengubah yang digigit menjadi sebangsa dengan mereka. Sebelum menjadi stay-home dad, Gerry sendiri sebenarnya adalah seoranginvestigator yang bekerja di United Nations (PBB) yang sudah beberapa kali menangani kasus-kasus bentrokan atau fraksi di negara-negara ketiga. Lewat repertoire-nya tersebut, Thierry, teman sekaligus agen PBB meminta Gerry untuk mengajak seorang ilmuwan Harvard dan beberapa pendamping untuk mencari tahu tentang asal muasal sang virus, dengan harapan untuk dapat menemukan vaksin untuk melawan outbreak tersebut. Awalnya, Gerry menolak, tetapi ketika keluarga nya terancam akan diusir dari kapal refugee, Gerry pun tak memiliki pilihan lain untuk melakukan pekerjaan yang sudah lama ia tinggalkan tersebut.

Karakter Gerry yang terkesan sangat sempurna ini (super lucky, great fighter, great investigator, great husband, great dad, great etc), mungkin yang menjadi salah satu kelemahan film ini. Saya jadi tidak begitu bersimpati dengan Gerry. Belum lagi dengan ikatan emosional antara Gerry dan istrinya yang bagi saya tidak begitu believeable. Karakter yang diperankan oleh Mireille Enos itu juga kurang diberikan porsi yang pas untuk meyakinkan saya terhadap jalinan emosi antar keduanya. Padahal karakter Karen bisa diperkuat lagi dengan intrik politik dan moral yang terjadi dalam kapal refugee. Sayangnya subplot tersebut juga kurang berhasi digali lebih dalam. WWZ juga terasa agak stale di beberapa bagian. Ada momen-momen yang terkesan kurang balance pacing nya dan kurang seimbang. Awalnya sudah dengan baik memberikan pace yang cepat, tetapi agak stumble di pertengahan, hingga mulai seru lagi di belakang. Hal tersebut juga tidak dibantu oleh endingnya yang sedikit kurang memuaskan. 

Selain beberapa singgungan isu politik (Israel membangun dinding tinggi untuk mengisolasi negaranya hingga cara 'unik' yang membuat Korea Utara tidak mengalami serangan zombie), banyak adegan-adegan yang cukup membuat adrenalin naik. Walaupun memiliki rating PG-13, which means less gore, blood, and sadistic stuffs, nyatanya film ini masih bisa memberikan intensitas tinggi bagi penonton. Di fase pertama WWZ, kita akan menyaksikan grand-scale  setpieces, with literally thousands of zombies. Yang tentunya memberikan betapa 'gilanya' virus tersebut bisa menyebar. Lalu masuk ke fase kedua, dimana fokus cerita berubah ke tempat yang lebih secluded, dengan penggambaran zombie yang lebih 'manusiawi' dan komikal. Keduanya memiliki teknik ketegangan yang berbeda, tetapi tetap memberikan efek yang cukup sama.

Dengan adegan-adegan tersebutlah, bagi saya Marc Forster cukup berhasil memanfaatkannya untuk membangun ketegangan film ini. Well, setidaknya film ini menjelaskan mengapa serangan zombie banyak terjadi di kota-kota besar.

Selasa, 17 Oktober 2017

The Core

Dari kesimpulan dalam peristiwa yang terjadi di film ini yaitu disebabkan karna inti bumi yang secara tiba-tiba berhenti berputar, kejadian ini menyebabkan medan elektromagnetik bumi tidak stabil dan memburuk seketika, sehingga menimbulkan bencana dibumi, seperti  pada kasus pertama ini terjadi kematian massal dimana 32 orang meninggal secara tiba-tiba dan mereka diduga tidak menderita penyakit sedikit pun, hal tersebut disebabkan karna pejalan kaki itu mudah terpengaruh oleh gelombang elektromagnetik, selain pada kasus kedua di london trafalgar square, kawanan merpati panik, mereka kehilangan arah untuk menavigasi atau informasi yang didapatkan, untuk menentukan arah, mereka memanfaatkan jalur magneti karna ion yang ada pada merpati sesuai dengan jalur magnetik bumi Dan selanjutnya mulai munculnya aurora yang terjadi karna adanya gangguan gelombang elektro magnetik bumi disebabkan akibat adanya interaksi antara medan magnet bumi dengan partikel muatanya sehingga listrik statis terlepas diketinggian dan munculah aurora.
Dr.Joshua menemukan bahwa inti bumi berhenti berputar hal ini yang menyebabkan bencana dan ia menjelaskan kepada para ilmuan dengan memperagakan sebuah apel sebagai bumi dan menjelaskan bahwa bumi ini diselubungi oleh medan energi yang tidak tampak yang tebuat dari listrik dan magnet yang disebut dengan Energi Mekanik, energi mekanik inilah yang melindungi  kita dari radiasi kosmik, tetapi medan itu mulai menghilang, pada bagian inti bumi terbagi menjadi dua bagian yaitu pada bagia inti dalam terdiri dari bongkahan besi pada yang dikelilingi oleh inti luar, sedangkan pada bagian dalam inti bumi ini berupa cairan yang berputar pada satu arah dimana cairan ini terdiri dari beri panas yang berputar yang membuat medan elektromagnetik dan cairan yang berputar itu adalah mesin yang menjalankan Em tadi.
Energi mekanik yang tidak stabil dapat menyebabkan insiden isolasi dimana benda yang terban akan terjatuh, benda elektronik akan rusak dan terbakar dan listrik yang dilepaskan oleh atmosfir menyebabkan super kilat , dan dengan ketidak stabilan itu juga dapat menyebabkan radiasi matahari akan menghancurkan bumi.

Dengan menggunakan kapal yang disebut dengan virgil itu, mereka masuk ke inti bumi kapal tersebut diluncurkanya di palung mariana, samudra pasifik yang merupakan daerah terdalam di bumi, peluncuran ini berjalan dengan sukses sebelum mereka mengalami halangan dimana mereka melanggar struktur geode yang seperti raksasa sehingga menyebabkan perangkat pengeboran laser rusak. Selama perbaikan iverson mati akibat dijatuhi oleh batu kristal yang mengenai kepalanya dan mereka harus segera melarikan diri sebelum geode dan larva mengalir masuk dalam kapal virgil.  

Penjelajahan vergil selanjutnya menuju inti luar bumi dan virgil harus mengembalikan agar bumi dapat berotasi kembali sementara itu dibumi terjadi bencana yang membuat sinar matahari yang tampak vilter dan membuat jembatan mencair, kemudian  direncanakan untuk pelepasan destiniti atau gelombang besar, tetapi hal tersebut gagal dilakukan dan mereka menggunakan cara lain yaitu dengan melakukan pengeboman nuklir atau memunculkan gelombang kecil yang menciptakan fluida dinamis. Untuk mengembalikan rotasi bumi mereka membutukan kekuatan ledakan 5200 megaton tetapi mereka hanya memiliki kekuatan ledakan 1000 mega ton, hingga akhirnya mereka  harus melepaskan bagian-bagian virgil satu persatu agar dapat menciptan gelombang yang dapat menciptakan fluida dinamis dan ledakan virgil pun berbunyi hingga akhirnya inti bumi pun kembali berotasi.